Rabu, 21 September 2011
KATA-KATA CINTA
Darah yang mengalir dalam diri ini adalah semata mata untuk perjalanan demi kehidupan didunia, aku lahir karena allah dan aku adalah makhluk tuhan yang tidak ada apa2nya dimatanya, tapi aku menjalaninya dengan segala kemampuan hati dan pikiran.
Cinta ibarat menggenggam setangkai bunga mawar…semakin keras kita menggenggamnya akan semakin terasa duri yang menusuk…tetapi semakin lemah kita menggenggamnya akan semakin mudah angin menerbangkannya
Cinta datang kepada mereka yang masih berharap bahkan telah kecewa, bagi mereka yang masih percaya bahkan telah dikhianati, kepada mereka yang masih mencintai bahkan terluka
Tidak semua orang yang engkau cintai, mencintaimu dan sikap ramahmu kadang kala dibalas dengan sikap tidak sopan. Jika cinta suci tidak datang daripada tabiatnya, maka tidak ada gunanya cinta yang dibuat-buat
Cinta ibarat menggenggam setangkai bunga mawar…semakin keras kita menggenggamnya akan semakin terasa duri yang menusuk…tetapi semakin lemah kita menggenggamnya akan semakin mudah angin menerbangkannya
Cinta datang kepada mereka yang masih berharap bahkan telah kecewa, bagi mereka yang masih percaya bahkan telah dikhianati, kepada mereka yang masih mencintai bahkan terluka
Tidak semua orang yang engkau cintai, mencintaimu dan sikap ramahmu kadang kala dibalas dengan sikap tidak sopan. Jika cinta suci tidak datang daripada tabiatnya, maka tidak ada gunanya cinta yang dibuat-buat
Selasa, 16 Agustus 2011
The True Story of Love
Aku ingin teman-teman semua membaca sebuah kisah yang cukup menyentuh hati dan bisa menjadi perenungan untuk kita semua. Kisah ini aku baca dari sebuah buku yang berjudul Menikah Adalah Bunuh Diri. Semoga teman-teman dapat mengambil hikmah dan dapat menjadikannya sebagai pelita yang menerangi hati anda. (KISAH NYATA )
Kehidupan pernikahan kami awalnya baik-baik saja menurutku. Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan menuruti apa mauku. Kami jarang bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi ke kantor sampai subuh, baru pulang ke rumah, mandi, kemudian mengantar anak sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makan pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.
Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal-hal seperti itu sebagai ungkapan sayang. Kami jarang ngobrol sampe malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua diluar pun hampir tidak pernah. Kalau kami makan bardua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.
Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main dengan anak kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas. Aku mengira rumah tangga kami baik-baik saja selama 8 tahun pernikahan kami. Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit dirumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan dirumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat, karena sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama Meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.
Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan-akan waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat-kalimatnya yang ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki-laki maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.
Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.
Aku mulai mengingat 2,5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi disaat lain dia sering termenung didepan komputernya. Atau termenung memegang HP-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.
Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya,
‘’Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini??? Tidak mau makan juga ??? uuhhh…. Dasar anak nakal, sini piringnya,’’ lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba-tiba saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya. Dan, aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun !!!!!
Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi Caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit dari pada sakit ketika dia tidak pulang kerumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.
Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba-tiba, membawakan donat buat anak kami, dan membawakan eggrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan-jalan, kadang mengajakku nonton. Lain kali, dia datang bersama suami dan kedua anaknya yang lucu. Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu? Karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang akan bergejolak dihatinya.
Suatu sore, mendung begitu menyelimuti kota jakarta, aku tidak pernah menyangka, hatiku pun akan mendung, bahkan gerimis kemudian. Anak sulungku, seorang perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papanya, dan memanggilku. ‘’ Mama, mau liat surat papa buat tante Meisha? ‘’ Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu.
Dear Meisha, Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak-anakku. Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya.
Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya.
Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain. Dan aku adalah laki-laki yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my heart.
Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat… meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku. Suamiku tidak pernah mencintaiku, Dia tidak pernh bahagia bersamaku, Dia mencintai perempuan lain, Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan diamplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.
Mobil yang dia berikan untukku, aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa-sisa uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anakku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam-macam tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman-temanku sudah menikah semua. Ternyata dia tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.
Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku? Itu lebih aku hargai dari pada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku. Mario terus menerus sakit-sakitan, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus didalam hatinya. Dengan pura-pura tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagian Mario adalah kebahagianku juga, karena aku akan selalu mencintainya.
Setahun kemudian….
Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.
‘’ Mario, suamiku…
Aku tidak pernah menyangka pertemuan saat pertama kali bekerja dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah ketika kamu asyik bekerja, dan tidak mempedulikan aku. Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku… Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku…
Ternyata aku keliru… aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario. Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, ‘’Kenapa, Rima? Kenapa kamu mesti cemburu? Dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku? “ Aku tidak peduli, dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.
Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan. Istrimu, Rima’’
Di surat yang lain,
‘’… kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha …’’
‘’… aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku".
Aku telah berubah, Mario. Engkau lihatkan, aku tidak lagi marah-marah padamu. Aku tidak lagi suka membanting-banting barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalu menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang kerumah. Dan aku selalu menelponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah……….
Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya………………..’’
Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya……. Dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya. Di surat terakhir , pagi ini………
‘’… Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak pulang ke rumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak. Masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya di rumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu aku pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.
Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.
Tahukah engkau suamiku, selama hamper 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda-tanda cinta mulai bersemi dihatimu?..............’’Jelita menatap Meisha, dan bercerita,,,
‘’Siang itu mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah-marah kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya diseberang jalan, ketika mama menyeberang jalan, tiba-tiba mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi… aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante,,,, Aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak …’’ Jelita memeluk Meisha dan beisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.
Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.
Dear Meisha,
Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah-marah dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba-tiba aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar… inikah tanda aku mulai mencinatinya????
Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikannya mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak-anakku, tapi karena dia belahan jiwaku…….
Meisha manatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk di samping nisan. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semua telah terjadi Mario…………
>> Bagi Anda yang belum Menikah :
Hidup kita terlalu berharga untuk menjalani sebuah pernikahan yang penuh penderitaan hanya karena terpaksa dan kasihan. kadangkala kesempatan kedua tidak pernah mendatangi kita, pikirkanlah lagi sebelum Anda menyesal.
>> Bagi yang sudah Menikah :
Kadang kita baru sadar untuk mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita. sebelum Anda menyesal, cintailah pasanganmu dengan semua yang Anda miliki.
Kehidupan pernikahan kami awalnya baik-baik saja menurutku. Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan menuruti apa mauku. Kami jarang bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi ke kantor sampai subuh, baru pulang ke rumah, mandi, kemudian mengantar anak sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makan pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.
Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal-hal seperti itu sebagai ungkapan sayang. Kami jarang ngobrol sampe malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua diluar pun hampir tidak pernah. Kalau kami makan bardua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.
Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main dengan anak kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas. Aku mengira rumah tangga kami baik-baik saja selama 8 tahun pernikahan kami. Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit dirumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan dirumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat, karena sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama Meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.
Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan-akan waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat-kalimatnya yang ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki-laki maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.
Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.
Aku mulai mengingat 2,5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi disaat lain dia sering termenung didepan komputernya. Atau termenung memegang HP-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.
Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya,
‘’Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini??? Tidak mau makan juga ??? uuhhh…. Dasar anak nakal, sini piringnya,’’ lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba-tiba saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya. Dan, aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun !!!!!
Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi Caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit dari pada sakit ketika dia tidak pulang kerumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.
Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba-tiba, membawakan donat buat anak kami, dan membawakan eggrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan-jalan, kadang mengajakku nonton. Lain kali, dia datang bersama suami dan kedua anaknya yang lucu. Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu? Karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang akan bergejolak dihatinya.
Suatu sore, mendung begitu menyelimuti kota jakarta, aku tidak pernah menyangka, hatiku pun akan mendung, bahkan gerimis kemudian. Anak sulungku, seorang perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papanya, dan memanggilku. ‘’ Mama, mau liat surat papa buat tante Meisha? ‘’ Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu.
Dear Meisha, Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak-anakku. Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya.
Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya.
Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain. Dan aku adalah laki-laki yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my heart.
Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat… meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku. Suamiku tidak pernah mencintaiku, Dia tidak pernh bahagia bersamaku, Dia mencintai perempuan lain, Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan diamplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.
Mobil yang dia berikan untukku, aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa-sisa uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anakku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam-macam tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman-temanku sudah menikah semua. Ternyata dia tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.
Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku? Itu lebih aku hargai dari pada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku. Mario terus menerus sakit-sakitan, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus didalam hatinya. Dengan pura-pura tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagian Mario adalah kebahagianku juga, karena aku akan selalu mencintainya.
Setahun kemudian….
Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.
‘’ Mario, suamiku…
Aku tidak pernah menyangka pertemuan saat pertama kali bekerja dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah ketika kamu asyik bekerja, dan tidak mempedulikan aku. Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku… Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku…
Ternyata aku keliru… aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario. Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, ‘’Kenapa, Rima? Kenapa kamu mesti cemburu? Dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku? “ Aku tidak peduli, dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.
Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan. Istrimu, Rima’’
Di surat yang lain,
‘’… kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha …’’
‘’… aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku".
Aku telah berubah, Mario. Engkau lihatkan, aku tidak lagi marah-marah padamu. Aku tidak lagi suka membanting-banting barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalu menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang kerumah. Dan aku selalu menelponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah……….
Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya………………..’’
Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya……. Dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya. Di surat terakhir , pagi ini………
‘’… Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak pulang ke rumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak. Masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya di rumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu aku pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.
Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.
Tahukah engkau suamiku, selama hamper 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda-tanda cinta mulai bersemi dihatimu?..............’’Jelita menatap Meisha, dan bercerita,,,
‘’Siang itu mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah-marah kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya diseberang jalan, ketika mama menyeberang jalan, tiba-tiba mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi… aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante,,,, Aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak …’’ Jelita memeluk Meisha dan beisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.
Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.
Dear Meisha,
Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah-marah dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba-tiba aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar… inikah tanda aku mulai mencinatinya????
Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikannya mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak-anakku, tapi karena dia belahan jiwaku…….
Meisha manatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk di samping nisan. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semua telah terjadi Mario…………
>> Bagi Anda yang belum Menikah :
Hidup kita terlalu berharga untuk menjalani sebuah pernikahan yang penuh penderitaan hanya karena terpaksa dan kasihan. kadangkala kesempatan kedua tidak pernah mendatangi kita, pikirkanlah lagi sebelum Anda menyesal.
>> Bagi yang sudah Menikah :
Kadang kita baru sadar untuk mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita. sebelum Anda menyesal, cintailah pasanganmu dengan semua yang Anda miliki.
TOKOH KARTUNKU
Kero Keroppi and Family:
1. Kero Keroppi, tinggal di sudut kota yg namanya Donut Pond. kodok yg aktif dan hobi berpetualang. he is the star of Donut Pond. nyanyi sama berenang adalah keahliannya..trus hobinya maen baseball sm boomerang..Keroppi adalah pemimpin dari geng pembuat onar di kotanya..(sumpah, gaya bgt dah! meuni geng2 gituh!)
temen deketnya Keroppi adalah seekor siput kecil namanya Denden.
2. Kalo nyang ini sodara laki2nya Keroppi, namanya Koroppi. mirip banget kan sama Keroppi?? hehehe..dia emg jarang muncul. hobinya ngutak ngatik mesin sama nyanyi kayak Keroopi, tapi suaranya yg paling bagus di keluarganya..Koroppi tergabung dalam paduan suara Kerokero..*ampun deh,li...gak penting bgt!*
3. Pikki..Nah, kalo nyang ennih sodara perempuannya Keroppi. hobinya cooking and climbing (maklum..namanya juga kodok..). nah, si Pikki ini kuat bgt ingatannya sama nama. dia adalah babysitter nomor wahid di kotanya (ampun dah! gaya bgt ya, kodok pake babysitter juga!). seperti Keroppi, lompatannya hebat dan cepat!
4. Papa-nya Keroppi. dia adalah dokter yang sangat berpengalaman. dia bisa nolong dan nyembuhin siapa aja...
5. Mama-nya Keroppi, adalah seorang koki yang handal. punya restoran kecil di kotanya. menu paporit Keroppi adalah nasi yang dibulet2in tea..apa sih namanya?

ini dia...suasana di Donut Pond...wakakakak..!
hmm..kenapa uli suka Kero Keroppi??? karena dulu, temen uli ada yg bilang kalo uli mirip Kero Keroppi..*tzziiigg...!!gak sopan!
*
hehe..gara2 matanya yg gede itu tuh...
..eh, lama kelamaan, uli malah jadi suka sama Kero Keroppi...
..dulu senengnya sih ngegambar2in di setiap buku pelajaran uli, karena terhitung gak mampu untuk membeli benda2nya bwt koleksi..heheh...lagipula uli bukan tipe orang yg suka ngoleksi sesuatu sih...

temen deketnya Keroppi adalah seekor siput kecil namanya Denden.






ini dia...suasana di Donut Pond...wakakakak..!
hmm..kenapa uli suka Kero Keroppi??? karena dulu, temen uli ada yg bilang kalo uli mirip Kero Keroppi..*tzziiigg...!!gak sopan!

hehe..gara2 matanya yg gede itu tuh...


BIARKAN TETAP BERDIRI
Kadang orang buta memiliki indera tak terbatas, yang takkan tertumpu oleh pikiran pasih…
Kadang Cinta tak terbatas, yang akan membantu mencari tempat pertukaran kasih…
Ketika sudut mata memandang jauh, tersirat seberkas cahaya yang tak dapat diraih…
Ketika cinta memandang jauh, tersirat rasa takkan percaya bahwa Cinta itu sangatlah perih…
Biarkan tetap berdiri, dan tetap berdiri, karna hati ini tak bisa diganti yang lain…
Biarkan Cinta ini sendiri, dan sendiri, karna….
“Masih ada Cinta sejati yang lain…”
Saat hati sedang merugi, hidup ini seakan mati..
Saat mencintai orang yang disayangi. hidup ini seakan-akan takkan terganti..
Berdo’alah setiap hari, mengharapkan sesuatu yang pasti..
Berdo’alah sekuat hati, mengarapkan Cinta kita akan kembali…
Amiiin…
Kadang Cinta tak terbatas, yang akan membantu mencari tempat pertukaran kasih…
Ketika sudut mata memandang jauh, tersirat seberkas cahaya yang tak dapat diraih…
Ketika cinta memandang jauh, tersirat rasa takkan percaya bahwa Cinta itu sangatlah perih…
Biarkan tetap berdiri, dan tetap berdiri, karna hati ini tak bisa diganti yang lain…
Biarkan Cinta ini sendiri, dan sendiri, karna….
“Masih ada Cinta sejati yang lain…”
Saat hati sedang merugi, hidup ini seakan mati..
Saat mencintai orang yang disayangi. hidup ini seakan-akan takkan terganti..
Berdo’alah setiap hari, mengharapkan sesuatu yang pasti..
Berdo’alah sekuat hati, mengarapkan Cinta kita akan kembali…
Amiiin…